Quote

It is not how much we have, but how much we enjoy, that make happiness.

Thursday, 24 September 2015

LIVE IN

Beberapa dari kita pernah mendengar kata ini “Live In”. Live in adalah salah satu kegiatan dimana kita tinggal bersama keluarga baru disuatu tempat untuk beberapa saat, bisa sebulan, seminggu atau beberapa hari. Live in ini biasanya diadakan di desa atau diwilayah yang jauh dari keramaian kota. Tujuan dari live in adalah untuk mengenal kenyataan hidup yang berbeda dengan kehidupan kita sehari-hari dan untuk belajar untuk menanamkan rasa simpati, empati terhadap orang lain yang kondisi sosial serta ekonomimnya berbeda dengan kita.

Sekolah gue adalah salah satu sekolah yang menerapkan kegiatan Live in setiap tahunnyaa.. Live in untuk angkatan gue, diadakan pada tanggal 15 Januari hingga 20 Januari 2015 di desa Boro – Kulon Progo, Jawa Tengah.

15 Januari 2015
Takut? Iya… gue takut banget awalnya buat live in, karena buat gue ini pertama kalinya ngerasain tinggal dirumah keluarga yang gak gue kenal. Hari Kamis, 15 Januari 2015, seluruh murid kelas 11 sanur, berangkat Live In naik Kereta Api Progo sekitar jam 10 malam… gue deg-degan, itu juga salah satu pengalaman pertama gue naik kereta untuk ketempat yang jauh. Gue ga merasa nyaman buat tidur dikereta, mengingat bangkunya yang tegaknya 90 derajat membuat gue gabisa tidur dengan nyenyak. Di kereta gue baru bener-bener bisa tidur sekitar jam 12 malam..

Menunggu kereta tiba di Stasiun Semen

16 Januari 2015
Besok paginya, pada pukul 6, akhirnya rombongan kami sampai di Stasiun Wates, Jawa Tengah. Kami pun sudah dijemput Bus pariwisata dan mengantarkan kami menuju Desa Boro. Setibanya di Desa Boro, kami disambut oleh paroki disana. Setelah ibadat pembuka selesai, kamipun diantar ke daerah kami masing-masing. Gue dapet bagian untuk tinggal di lingkungan daerah Tirip bersama dengan beberapa teman gue yang lain. Setiap rumah ditempati oleh 2 orang anak. Setibanya dirumah baru, gue dikenalin dengan penghuni rumah yaitu Keluarga Suwanto. Mereka sudah tua, anak-anaknya sudah dewasa dan tinggal di luar kota. Kebetulan, rumah yang gue dapet ini paling jauh dibandingkan temen-temen gue yang lain.. jadi gue keliling daerah tirip ini.. kesan pertama gue adalah daerah ini panas dan asri. Tuan rumah dirumah gue ini, baik banget dia menghindangkan gue dan temen gue aneka makanan tradisional seperti kue-kue dan lanting. Hari pertama ini bener-bener mengesankan buat gue.

17 Januari 2015
suasana gereja
Semalaman tidur nyenyak membuat gue bisa bangun pagi dengan segar. Sekitar jam 6 gue udah bangun dan mandi. Pagi-pagi gue bantu-bantu ibu suwanto buat kripik singkong, kebetulan ibu gue ini kursus kripik singkong di desa seberang.. ya walaupun gue awalnya gabisa buat, akhirnyaa jadi juga kok kripik singkong karya guee hehheeh :D Hari itu, gue juga main kerumah tetangga, kenalan sama banyak ibu-ibu disanaa. Berhubung itu hari Minggu, kita juga ke gereja buat doa pas sore hari.. gue capek banget pas jalan kaki ke gereja, jauh bgt… rasanya gue gapernah jalan sejauh itu sebelumnya.. naikk, turunn gunungg, capeekk… pada hari itu, gue inget banget gue kehujanan pas pulang dari  gereja, udah hujan, gelap pula… gue, ibu dan temen gue jalan menuju rumah gue pakai senter dan payung biar ga kebasahan saat hujann.. Untungnya, gue dan temen gue ga sakit karena kehujanan..
Kapel Santo Yusup Tirip


18 Januari 2015
Pasar Tirip
2 hari di Tirip, buat gue mulai nyaman… gue mulai bisa merasakan nikmat hidup sebagai masyarakat desa.. biasanya hari-hari gue selalu dikelilingi dengan gadget, disini hanya ada TV untuk menonton. Hari ini, ada pasar mingguan di Tirip, gue diajak ke pasar sama ibu… seru bangeettt disana banyak yang jualan macem-macem, harganya murah-murah lagi, gak kayak di Jakarta. Pulang dari pasar, gue diajak ibu untuk kursus kripik singkong didesa sebelah, jauhh bangeet desanya…………
gue juga diajarin cara buat lanting dari awal bentuknya hingga masak dan ngeringinnya di Tirip.. pokoknya, bener-bener belajar hal baru deh disini. Hari itu ditutup dengan kejadian mati lampu dirumah gue sampe pagi….
Membuat Lanting

19 Januari 2015
Hari-hari disini gue semakin ngerasain gimana rasanya hidup didesa. Disini dapurnya masih menggunakan tungku, belum menggunakan kompor seperti di kota. Didepan rumah juga banyak hewan peliharaan seperti ayam, burung dan anjing. Malam itu adalah malam perpisahan kami dengan warga sana. Aku dan teman-teman ku dari Tirip mempersembahkan sebuah lagu untuk para orang tua asuh disana.. kalimat lirik lagu itu yang paling gue ingat adalah kalimat ini :

“Tirip sangat berarti istimewa dihati selamanya rasa ini, bila tua nanti kita tlah hidup masing-masing ingatlah hari ini”


Kalimat itu sederhana, tapi menurut gue kalimat itu adalah kalimat yang indah buat kita ungkapin pas perpisahan dengan mereka.. sungguh malam yang penuh makna…

20 Januari 2015
Hari ini adalah hari terakhir kita di Tirip.. seusai membereskan barang, kami semua berkumpul ke paroki utama dan berdoa ibadat pulang serta acara pemberian ucapan terima kasih dari pihak sekolah ke pihak Desa Boro….. hari itu, kami kembali ke Jakarta dengan mampir kedesa Candi Borobudur terlebih dahuluu…

Candi Borobudur ini terletak didaerah magelang yang gak begitu jauh dari Desa Boro. Ini adalah kunjungan gue yang ketiga kalinya ke Candi Borobudur… disana kita foto-foto serta membeli banyak oleh-oleh untuk teman dan keluarga. Setelah itu kami kembali ke Jakarta dengan menggunakan Bus…

Candi Borobudur
Selama live in, gue merasa menjadi lebih terdidik untuk menjadi lebih mandiri, dan lebih peka terhadap lingkungan. Dari live in ini, gue juga belajar arti kebersamaan. Kebersamaan disana begitu erat antar warga, tidak seperti tinggal di Jakarta yang terkadang tidak mengenal tetangga satu sama lain.. Live in ini juga memberikan saya kesadaran untuk lebih bersyukur atas segala hal yang saya punya. Saya harus banyak belajar dari masyarakat desa, walaupun sederhana mereka tetap dipenuhi rasa syukur.

Love, 
CK

No comments:

Post a Comment