Beberapa dari
kita pernah mendengar kata ini “Live In”. Live in adalah salah satu kegiatan
dimana kita tinggal bersama keluarga baru disuatu tempat untuk beberapa saat,
bisa sebulan, seminggu atau beberapa hari. Live in ini biasanya diadakan di
desa atau diwilayah yang jauh dari keramaian kota. Tujuan dari live in adalah
untuk mengenal kenyataan hidup yang berbeda dengan kehidupan kita sehari-hari
dan untuk belajar untuk menanamkan rasa simpati, empati terhadap orang lain
yang kondisi sosial serta ekonomimnya berbeda dengan kita.
Sekolah gue
adalah salah satu sekolah yang menerapkan kegiatan Live in setiap tahunnyaa..
Live in untuk angkatan gue, diadakan pada tanggal 15 Januari hingga 20 Januari
2015 di desa Boro – Kulon Progo, Jawa Tengah.
15 Januari 2015
Takut? Iya…
gue takut banget awalnya buat live in, karena buat gue ini pertama kalinya
ngerasain tinggal dirumah keluarga yang gak gue kenal. Hari Kamis, 15 Januari
2015, seluruh murid kelas 11 sanur, berangkat Live In naik Kereta Api Progo
sekitar jam 10 malam… gue deg-degan, itu juga salah satu pengalaman pertama gue
naik kereta untuk ketempat yang jauh. Gue ga merasa nyaman buat tidur dikereta,
mengingat bangkunya yang tegaknya 90 derajat membuat gue gabisa tidur dengan nyenyak.
Di kereta gue baru bener-bener bisa tidur sekitar jam 12 malam..
Menunggu kereta tiba di Stasiun Semen |
16 Januari 2015
Besok paginya,
pada pukul 6, akhirnya rombongan kami sampai di Stasiun Wates, Jawa Tengah.
Kami pun sudah dijemput Bus pariwisata dan mengantarkan kami menuju Desa Boro.
Setibanya di Desa Boro, kami disambut oleh paroki disana. Setelah ibadat
pembuka selesai, kamipun diantar ke daerah kami masing-masing. Gue dapet bagian
untuk tinggal di lingkungan daerah Tirip bersama dengan beberapa teman gue yang
lain. Setiap rumah ditempati oleh 2 orang anak. Setibanya dirumah baru, gue
dikenalin dengan penghuni rumah yaitu Keluarga Suwanto. Mereka sudah tua,
anak-anaknya sudah dewasa dan tinggal di luar kota. Kebetulan, rumah yang gue
dapet ini paling jauh dibandingkan temen-temen gue yang lain.. jadi gue
keliling daerah tirip ini.. kesan pertama gue adalah daerah ini panas dan asri.
Tuan rumah dirumah gue ini, baik banget dia menghindangkan gue dan temen gue
aneka makanan tradisional seperti kue-kue dan lanting. Hari pertama ini
bener-bener mengesankan buat gue.
17 Januari 2015
suasana gereja |
Semalaman
tidur nyenyak membuat gue bisa bangun pagi dengan segar. Sekitar jam 6 gue udah
bangun dan mandi. Pagi-pagi gue bantu-bantu ibu suwanto buat kripik singkong,
kebetulan ibu gue ini kursus kripik singkong di desa seberang.. ya walaupun gue
awalnya gabisa buat, akhirnyaa jadi juga kok kripik singkong karya guee hehheeh
:D Hari itu, gue juga main kerumah tetangga, kenalan sama banyak ibu-ibu
disanaa. Berhubung itu hari Minggu, kita juga ke gereja buat doa pas sore
hari.. gue capek banget pas jalan kaki ke gereja, jauh bgt… rasanya gue
gapernah jalan sejauh itu sebelumnya.. naikk, turunn gunungg, capeekk… pada
hari itu, gue inget banget gue kehujanan pas pulang dari gereja, udah hujan, gelap pula… gue, ibu dan
temen gue jalan menuju rumah gue pakai senter dan payung biar ga kebasahan saat
hujann.. Untungnya, gue dan temen gue ga sakit karena kehujanan..
Kapel Santo Yusup Tirip |
18 Januari 2015
Pasar Tirip |
2 hari di Tirip,
buat gue mulai nyaman… gue mulai bisa merasakan nikmat hidup sebagai masyarakat
desa.. biasanya hari-hari gue selalu dikelilingi dengan gadget, disini hanya
ada TV untuk menonton. Hari ini, ada pasar mingguan di Tirip, gue diajak ke
pasar sama ibu… seru bangeettt disana banyak yang jualan macem-macem, harganya
murah-murah lagi, gak kayak di Jakarta. Pulang dari pasar, gue diajak ibu untuk
kursus kripik singkong didesa sebelah, jauhh bangeet desanya…………
gue juga
diajarin cara buat lanting dari awal bentuknya hingga masak dan ngeringinnya di
Tirip.. pokoknya, bener-bener belajar hal baru deh disini. Hari itu ditutup
dengan kejadian mati lampu dirumah gue sampe pagi….
Membuat Lanting |
19 Januari 2015
Hari-hari disini
gue semakin ngerasain gimana rasanya hidup didesa. Disini dapurnya masih
menggunakan tungku, belum menggunakan kompor seperti di kota. Didepan rumah
juga banyak hewan peliharaan seperti ayam, burung dan anjing. Malam itu adalah
malam perpisahan kami dengan warga sana. Aku dan teman-teman ku dari Tirip
mempersembahkan sebuah lagu untuk para orang tua asuh disana.. kalimat lirik
lagu itu yang paling gue ingat adalah kalimat ini :
“Tirip sangat berarti
istimewa dihati selamanya rasa ini, bila tua nanti kita tlah hidup
masing-masing ingatlah hari ini”
Kalimat itu
sederhana, tapi menurut gue kalimat itu adalah kalimat yang indah buat kita
ungkapin pas perpisahan dengan mereka.. sungguh malam yang penuh makna…
20 Januari 2015
Hari ini adalah
hari terakhir kita di Tirip.. seusai membereskan barang, kami semua berkumpul
ke paroki utama dan berdoa ibadat pulang serta acara pemberian ucapan terima
kasih dari pihak sekolah ke pihak Desa Boro….. hari itu, kami kembali ke
Jakarta dengan mampir kedesa Candi Borobudur terlebih dahuluu…
Candi Borobudur
ini terletak didaerah magelang yang gak begitu jauh dari Desa Boro. Ini adalah
kunjungan gue yang ketiga kalinya ke Candi Borobudur… disana kita foto-foto
serta membeli banyak oleh-oleh untuk teman dan keluarga. Setelah itu kami
kembali ke Jakarta dengan menggunakan Bus…
Candi Borobudur |
Selama live in,
gue merasa menjadi lebih terdidik untuk menjadi lebih mandiri, dan lebih peka
terhadap lingkungan. Dari live in ini, gue juga belajar arti kebersamaan.
Kebersamaan disana begitu erat antar warga, tidak seperti tinggal di Jakarta
yang terkadang tidak mengenal tetangga satu sama lain.. Live in ini juga
memberikan saya kesadaran untuk lebih bersyukur atas segala hal yang saya punya.
Saya harus banyak belajar dari masyarakat desa, walaupun sederhana mereka tetap
dipenuhi rasa syukur.
Love,
CK
No comments:
Post a Comment